Baru –baru ini, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) telah melakukan uji coba terhadap motor listrik yang dikembangkannya bersama dengan Garansindo. Motor yang dikembangkan tersebut diberi nama GESITS (Garansindo Electric Scooter ITS). Uji coba motor listrik ini dilakukan selama 5 (lima) hari, menempuh perjalanan darat dari Jakarta – Daerah Khusus Ibukota Jakarta menuju Denpasar – Bali, dengan total jarak tempuh mencapai +1.500 kilometer (km). Uji coba tersebut berlangsung relatif tanpa kendala.

gesits its uji tes

Meskipun demikian, harus kita akui bersama bahwa, uji coba tersebut masih belum memuaskan. Berdasarkan berita dan pengakuan dari tim uji coba, kecepatan berkendara motor tersebut masih dibatasi hanya sekitar 60 km/jam dari kecepatan maksimalnya yang “hanya” 100 km/jam. Dengan kecepatan yang terhitung “cukup lambat” tersebut, motor GESIT masih mengalami kendala berupa overheating yang menyebabkan mesin mati secara mendadak.

Jadi, anggap  saja bahwa uji coba kemarin itu adalah sebuah show of force bahwa ITS dan Garansindo saat ini mempunyai sebuah motor listrik yang laik jalan. Ya, motor tersebut terbukti bisa dikendarai dari Jakarta ke Denpasar. Namun, tes yang dilakukan GESITS belum bisa menggambarkan skenario everyday use, utamanya karena batasan kecepatan tersebut.

Tidak, tidak, saya tidak sedang skeptis terhadap motor listrik tersebut. Justru, saya sangat berharap agar motori listrik ini bisa sukses dan laku di pasaran, karena saat ini banyak yang ragu dan sangat mungkin tidak ingin agar motor listrik ini tidak berkembang di Indonesia. Keraguan itu muncul, utamanya berasal dari produsen motor dan asosiasinya. Berdasarkan artikel yang saya baca, setidaknya Yamaha (link) dan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia/AISI (link).

Komentar dari AISI menyatakan bahwa bahan bakar kendaraan bermotor di masa depan adalah Fuel Cell alias berbahan bakar Hidrogen. Pengertian fuel cell bisa dibaca di sini. Maksudnya dari perkataan petinggi AISI adalah mereka ingin teknologi mereka yang nantinya laku di pasaran. Padahal ya, efisiensi fuel cell itu lebih rendah dibandingkan dengan efisiensi Motor Elektrik berbasis Baterai (2,4x : 1x). Ada juga sanggahan dari Garansindo terkait skeptis dari petinggi AISI (baca di sini).

Saya sangat ingin agar motor elektrik ini sukses. Saya mendukung semua universitas ataupun pelaku bisnis untuk mengembangkannya, tidak hanya Garansindo dan ITS. Saya percaya bahwa motor elektrik ini akan menjadi sebuah disruptive innovation dan sangat mengusik banyak pelaku pasar di industri sepeda motor.

Penjualan Motor dan Sparepartnya

Tahukah kamu bahwa kenapa industri sepeda motor ingin bertahan dengan teknologi saat ini? ya, karena penjualannya menguntungkan, tidak hanya dari unitnya, tapi juga dari penjualan sparepartnya. Coba bayangkan betapa jauhnya perbandingan antara moving parts motor berbahan bakar minyak dibandingkan motor elektrik?

Karburator, saringan angin, knalpot, piston,  dan lainnya. Moving parts dari motor elektrik sangat-sangat sedikit, utamanya karena sumber tenaganya yang berasal dari baterai. Hal ini juga akan berdampak pada berat motor listrik yang nantinya akan menjadi relatif lebih ringan dibandingkan dengan motor saat ini (dengan perkembangan teknologi).

For your information, jumlah parts di mobil listrik dibandingkan dengan mobil bahan bakar BBM adalah 2.000+ dibanding dengan 18. Sangat-sangat sedikit. Wow.

image

Sumber: clean disruption – Tony Seba.

Jadinya, motor elektrik akan sangat-sangat irit dan tidak butuh terlalu banyak perawatan. Entah bagaimana dampaknya nanti ke industri sparepart motor, tapi yang saya yakin, hal tersebut akan berdampak negatif.

Sumber Energi Murah dan Ramah Lingkungan

Saya tidak perlu banyak lagi menjelaskan di sini. Bisa di baca di tulisan saya sebelumnya yang membahas tentang kemungkinan mengenai hilangnya pom bensin di kota untuk beberapa dasawarsa ke depan. Energi listrik bisa kita peroleh melalui listrik di rumah yang disediakan Perusahaan Listrik Negara (PLN) atau melalui Solar. Jujur untuk yang solar ini kita jauh ketinggalan dibandingkan Amerika (link: Youtube Solar City).

Yang pasti, masyarakat akan membayar biaya berkendara per kilometer yang jauh-lebih-murah dengan menggunakan motor berbahan bakar listrik dibandingkan dengan berbahan bakar minyak. Tidak hanya murah, tapi juga lebih ramah lingkungan untuk perhitungan carbon footprint per kilometer berkendara. Kenapa kok bukan 0 carbon footprint? ya kan meskipun motor listrik menghasilkan 0 emisi, tapi masih tetap ada polusi yang dihasilkan dari pembangkit listrik sebagai sumber energi dari baterai pada saat melakukan charge (kalau bukan tenaga surya).

—–

Dari beberapa poin di atas, saya hanya menyebutkan kelebihan-kelebihannya. Pada saat ini, kelemahan utama dari penggunaan motor listrik tersebut adalah dari jarak berkendara yang terbatas. Saat ini, GESITS hanya bisa digunakan untuk jarak 80-100 km per pengisian bahan bakar. Namun demikian, hal ini bisa di atasi dengan support dari PLN atau dari kebijakan pemerintah untuk mewajibkan atau memberikan insentif bagi tempat-tempat tertentu yang menyediakan lokasi charger bagi motor listrik.

Semua itu ada solusinya. Kalau dari teknologi sudah sesuai dan sangat mungkin dikembangkan, kita tinggal menunggu apakah pemerintah akan berpihak bagi pengembangan motor listrik, atau akan kalah dari lobi-lobi dari industri motor berbahan bakar BBM yang sudah mature? Yang berharap industrinya akan tetap aman dari gangguan inovasi motor listrik.

Apa kebijakan yang bisa diberikan pemerintah? selain yang sudah di sebutkan di atas, perlu juga adanya support dari kemudahan (proses izin dan pajak) impor untuk pengembangan motor listrik, kemudahan uji untuk laik jalan, dan lainnya, Saya yakni pemerintah akan mensupport hal ini. Kalau ga,ya kita demo rame-rame =P

Saya tidak sabar melihat motor listrik untuk “mengobrak abrik” industri sepeda motor di Indonesia yang saat ini sangat dikuasai oleh 2 pabrikan saja. Lebih-lebih motor listrik-nya dari mantan kampus saya yaitu ITS. Meskipun saya tahu kalau hal ini akan memakan waktu yang lama, mungkin lebih dari 5 (lima) tahun lagi. Semoga masih bisa sabar.. Hehe..

Akhir kata, Inovasi teknologi seperti ini akan mendorong semua pihak untuk melakukan inovasi yang pada akhirnya akan berdampak pada perbaikan taraf hidup masyarakat, baik secara ekonomi maupun secara lingkungan.

Majulah motor listrik Indonesia =)

Advertisement