Pandemi COVID-19 berdampak negatif secara segnifikan terhadap perekonomian global. Kita tahu bahwa pandemi kali ini adalah bukan yang pertama kali dalam sejarah, misalnya pandemi karena Spanish Flu yang terjadi tahun 1918. Namun demikian, individu yang tanggap dan mempersiapkan diri atas kemungkinan terjadinya pandemi sangat sedikit jumlahnya. Selain itu, kondisi perekonomian saat ini yang sangat terkoneksi satu dengan lainnya mengakibatkan dampak pandemi COVID-19 bisa jadi lebih dahsyat dibandingkan pandemi sebelumnya.

Negara Amerika Serikat adalah salah satu contoh negara yang terdampak COVID-19. Salah satu indikator ekonomi penting yang dirilis mingguan yaitu jumlah orang yang mendaftarkan diri sebagai pengangguran penerima benefit (Initial Unemployment Claim) meningkat signifikan dibandingkan dengan masa-masa sebelum pandemi. Data initial unemployment bersama dengan data lain yang terjadi di bidang ketenagakerjaan umumnya digunakan oleh pengambil kebijakan untuk memantau pasar tenaga kerja. By the way, kenapa kok perlu indikator mingguan? supaya kita bisa mengetahui dampak pandemi lebih cepat. Kalau misalnya kita menggunakan data GDP yang dirilis tiap tiga bulan, respon pemerintah atau institusi terkait akan dinilai sangat ketinggalan.

Informasi lainnya terkait dengan data Initial Unemployment Claim dapat dilihat di link ini (initial claim) dan ini (unemployment claim).  Berdasarkan data initial claim dari situs FRED, jumlah initial claim meningkat dari sebelumnya hanya 0.3 juta pada 14 Maret 2020, menjadi 3.3 juta pada 21 Maret 2020. Jumlah tersebut meningkat menjadi 6,8 juta pada akhir Maret 2020. Rata-rata initial claim pada empat minggu awal terjadinya pandemi di US adalah 5,5 juta. Bandingkan dengan data rata-rata initial claim sebelum pandemi selama 10 tahun terakhir yang berkisar antara 0,35 juta.

image

Sebuah kejadian diluar nalar dengan simpangan sekitar 30 standar deviasi. Apabila anda menjadi salah satu pengambil kebijakan atau pelaku investasi yang mendasarkan pengambilan keputusan berdasarkan data di atas, maka anda harus merubah model dan pendekatan anda.

Pergerakan yang sangat signifikan dan tiba-tiba seperti halnya yang terjadi pada data unemployment akan sulit diprediksi atau didekati dengan data-data indikator ekonomi pada umumnya. Curious dengan hal ini, saya mencari paper terkait dan menemui sebuah jurnal penelitian menarik dengan judul “The predictive power of Google searches in forecasting US unemployment”. Ha? Apa hubungan antara unemployment claim (log scale – left hand side) dengan query yang kita input di google?

image

Jadi, Google menyimpan semua data query yang disearch oleh penggunanya dan mereka kemudian membuat situs Google Trends yang memuat sebuah index terkait interest dari masing-masing query. Interest tersebut dapat diartikan sebagai hal yang dicari pengguna Google (sebagai representasi masyarakat) di suatu wilayah. Informasi lengkap tentang Google Trends dapat dibaca di situs Google berikut. Curiosity kemudian berlanjut pada pengerjaan sebuah tugas kuliah Time Series. Saya mencoba memilah indikator ekonomi mingguan yang tersedia secara publik untuk memprediksi jumlah penambahan unemployment benefit selama pandemi. Hasilnya cukup menarik! Yang tertarik untuk melihat dan membaca presentasi atas esai saya dapat diunduh di link Initial Claim Forecasting.

Tentunya ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan data Google Trends, salah satunya adalah sifat index (tidak ada angka negatif), umumnya baik untuk review pertumbuhan (bukan data level), dan lainnya. Google trends juga sangat pas untuk digunakan dalam penyusunan skenario untuk kejadian-kejadian yang bersifat tiba-tiba. Rasa-rasanya terlalu teknis untuk dibahas secara singkat di sini.

Dengan mengambil contoh pada kasus di atas, data Google Trend sangat mungkin untuk diterapkan sebagai variabel terbaik dalam rangka prediksi restrukturisasi kredit secara rutin di Indonesia. Saya katakan yang terbaik dengan pertimbangan bahwa hampir tidak ada data terkait dengan jadwal rilis mingguan di Indonesia. Berdasarkan informasi di media Republika, Otoritas Jasa Keuangan di menyatakan bahwa puncak restrukturisasi kredit adalah pada bulan April 2020 hingga awal Mei 2020. Hal tersebut dapat kita bandingkan dengan data Google Trend tentang restrukturisasi kredit di Indonesia sebagai berikut:

image

Dapat kita lihat bahwa interest atas query “restrukturisasi kredit” di Indonesia adalah pada awal April 2020, apabila kita asumsikan bahwa lag antara proses permohonan dan persetujuan restrukturisasi kredit adalah 1 bulan, maka hal tersebut akan memiliki korelasi yang erat dengan rilis dari Otoritas Jasa Keuangan. Terakhir, kalau kita melihat data trend di atas, sampai dengan beberapa saat ke depan jumlah restrukturisasi masih akan tumbuh meningkat sedikit di atas rata-rata pertumbuhan restrukturisasi sebelum pandemi. We’ll see.

Jadi, apakah ada hal lain yang menurut rekan-rekan sekalian dapat didekati dengan data Google Trends? Let me know!

Happy Searching! =D

Advertisement