Pernah menggunakan Uber? Hari geneee, siapa sih yang belum pernah menggunakan Uber. Kalau pernah menggunakan Uber, pasti juga pernah kena surge price alias petir (salah satu teman saya bilang).

Pada bulan Desember yang lalu saya pernah membahas tentang Big Data and Financial Behaviour Analysis di sebuah Forum. Nanti deh saya tulis lagi tentang kegiatan yang dilakukan pada acara tersebut. Salah satu bahasannya adalah tentang Uber surge price.

uber surge price

The math behind Surge Price is beautiful. It is the dream of many economist. Alasan adanya surge price adalah rasionalisasi antara supply dan demand dari pengguna dan pengendara Uber.

Apabila terjadi kondisi dimana permintaan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ketersediaan mobil Uber, maka terjadilah surge price tersebut. Uber akan menginformasikan surge price tersebut kepada pengendara dengan harapan bahwa insentif atas surge price tersebut akan mendorong pengendara lain yang sedang idle untuk turun ke jalan dan mengangkut penumpang. Apabila permintaan kemudian dapat terpenuhi seiring dengan banyaknya ketersediaan Uber di suatu lokasi, maka surge price akan berangsur-angsur menurun dan kembali ke titik normal.

image

sumber: instagram.com/ubersja

Tidak berhenti hanya sampai di kurva supply demand, Uber juga dapat menggunakan banyak sekali data yang mereka punya untuk memberikan anda surge price yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anda untuk membayar biaya transportasi tersebut. This is where the big-data part kicks in Uber business. Uber punya banyak sekali data yang dapat dianalisis dari kebiasaan anda menggunakan Uber maupun data dari Handphone yang anda gunakan. The trickiest part of Uber surge price.

Mereka dapat menggunakan berbagai macam cara dan data untuk squeezing more money dari pelanggan Uber tanpa menyebabkan pelanggan tersebut merasa rugi. Ini adalah salah satu bentuk hal yang juga dilakukan oleh casino ataupun gambling arena di Las Vegas sebagaimana pernah di bahas dalam Super Crunchers – Ian Ayres (review saya atas buku tersebut dapat dibaca di sini).

Contoh-contoh data yang dapat digunakan oleh Uber untuk mengolah behaviour dari anda antara lain adalah:

image.png

Hihihi. Uber bisa saja mencharge surge price lebih tinggi dibandingkan pada umumnya apabila baterai anda pada saat kondisi kritis. Orang akan takut tidak memperoleh Uber apabila Handphone mereka akan mati. Rasa takut ini akan mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan khususnya untuk keputusan financial yaitu menerima harga yang ditawarkan Uber.

Ga percaya? Coba anda dan teman anda melakukan request Uber pada saat jam sibuk. Saya yakin bahwa harga surge price yang anda bayar dibandingkan dengan teman anda akan berbeda meskipun anda memasukkan starting point dan destination yang sama. Semua tergantung data dan kondisi kebiasaan anda dalam membayar atau menerima surge price yang ditawarkan Uber.

Contoh di atas baru menggunakan 4 (empat) data. Saya yakin algoritma surge price yang digunakan Uber menggunakan jauh lebih banyak data untuk mengetahui financial behaviour anda. Menarik kan?

Kalau anda tertarik dengan topik surge price, dapat di baca di sini dan di sini. Lastly, Uber ini dana pemodalnya dari dana publik milik Saudi Arabia lho, harus pakai ini ya supaya berkah karena ini dari Arab #eaaa #plottwist #hahaha.

Uuuuuuubeeeerrrr alllez!

Advertisement