Hai, long time no write. Saya melanggar janji untuk update minimal 1 tulisan setiap bulannya. Semoga bisa rutin lagi ke depannya.

Aniwei, beberapa minggu yang lalu, saya mengikuti kegiatan pelatihan kepemimpinan berjenjang tingkat paling dasar dari institusi saya. Pelatihan ini diberikan bagi manajer baru untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan mereka. Undangan untuk mengikuti pelatihan ini sebenarnya sudah datang kurang lebih 2 (dua) kali sejak tahun 2016. Sayangnya, waktu itu banyak kegiatan kantor dan (mungkin) rendahnya kesadaran atas manfaat kegiatan pelatihan tersebut.

Tak ada kata terlambat. Ternyata mengikuti kegiatan pelatihan tersebut luar biasa manfaatnya. Rasanya sangat bahagia bisa mengikuti kegiatan pelatihan tersebut. Lebih-lebih pelatihan ini menyadarkan diri sendiri yang ternyata masih jauh dari kata efektif 🙂

I felt sad for what I achieved at work last year. For me, personally, 2017 is a year to forget. Yang pasti, Pengalaman dan pelatihan leadership menjadi momen refleksi atas segala hal yang terjadi selama beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu, pengalaman tersebut dan rencana kegiatan yang akan dilakukan ke depan akan diunggah dalam beberapa seri tulisan tentang leadership. Mungkin ini akan menjadi tulisan yang dibagi menjadi 5 atau 7 seri.

I quoted Ray Dalio’s word from his Principles book.

In good times, you complacent. Only in bad and great times, you learn.

I have my bad times last years. Itulah kenapa saya merasa banyak pembelajaran yang saya alami saat ini.

Singkatnya, di tahun lalu I failed in several aspects at work, one of them is people development, and I failed to be myself. Saya gagal dalam bekerja dengan baik sesuai dengan standar dan prinsip yang saya anut. Mungkin kalau saya menilai diri saya di posisi sebelumnya, saya bisa menerima hasil pekerjaan saya. Tapi apabila saya menilai hasil kerja saya di posisi saat ini, disitu saya merasa sedih. Tanpa terlalu merasa rendah diri, sedikit banyak, saya merasa cukup sukses dalam mengembangkan diri sendiri. Tapi dalam mengembangkan orang lain, nilai saya Nol Besar.

Tahun lalu, saya berhasil untuk mengembangkan diri saya di berbagai hal. Saya ikut les bahasa inggris dan berhasil meningkatkan nilai sebesar 0.5 band di IELTS pada Februari 2018 yang lalu, mampu memperbaiki catatan waktu lari untuk 5k dari 30 menit menjadi 25 menit, gowes sejauh 156 km melintasi suramadu, ikut student concert di tempat les piano, dan banyak hal lainnya. I have invested too much time on improving my self. Tidak sadar bahwa tugas ataupun bekerja menjadi seorang pemimpin jauh lebih besar daripada hanya self development. Apa sih sumber permasalahannya? terlalu percaya diri, terlalu naif, terlalu loose, kurang beribadah? atau mungkin… Saya gagal menjadi diri saya sendiri?

I am not the one I was. Saya lebur dalam perilaku rekan-rekan saya di tempat baru tersebut, tanpa ingat sebenarnya saya dulunya seperti apa. Kehilangan sedikit jati diri, tapi tidak sampai krisis identitas kok. Kenapa hal tersebut terjadi? mungkin agar diterima oleh rekan kerja, mungkin agar disukai oleh teman, atau mungkin karena hal lainnya. Entahlah. Yang pasti penyesuaian tersebut memang harus ada, tidak mengelak bahwa hal tersebut memang harus terjadi. Tapi saat ini, saya ingin menjadi diri saya sendiri. No matter other like it or not. Haters gonna hate. Saya berharap untuk dapat disukai karena menjadi diri sendiri daripada harus berpura-pura menjadi orang lain.

Menghapus les bahasa inggris dan les piano, serta mengurangi jatah olahraga saya sesuai kebutuhan, semua ditinggalkan agar bisa fokus dalam developing others. Semoga berkurangnya waktu mengembangkan diri dapat dialihkan menjadi waktu untuk mengembangkan orang lain, syukur-syukur bisa lebih produktif dalam bekerja sembari tetap berupaya mengejar impian pribadi.

Lalu, bagaimana untuk bisa mewujudkan hal tersebut? Mungkin bisa dimulai dengan kembali memegang teguh prinsip yang telah dianut sejak dahulu.

Be yourself. Tunggu postingan berikutnya minggu depan =)

Advertisement