I have officially been a scholarship hunter since May 2016. I took an english test (IELTS) in May 2016 and since then declared myself as a scholarship hunter. Beberapa teman telah berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan dari pemberi beasiswa terkenal di indonesia dan dunia antara lain Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Chevening, dan Fulbright. Ekspektasi awal dalam mencari beasiswa adalah “tidak terlalu sulit”. Kalau teman-teman saya bisa, kenapa saya enggak?
Keinginan untuk berangkat kuliah dan meniti ilmu adalah karena adanya kebutuhan pendidikan formal di bidang keuangan untuk meningkatkan kompetensi sehingga bisa berkontribusi lebih baik terhadap sektor di mana saya bekerja. Background keilmuan teknik yang dimiliki menyebabkan adanya gap pengetahuan untuk dapat memahami hal yang lebih advanced di bidang keuangan. Ada terselip sedikit niat-niat lain disamping niat utama tersebut. Tapi niat-nya adalah baik. Dan tidak, kuliah ke luar negeri bukanlah untuk jalan-jalan.
Tapi ternyata ekspektasi tersebut adalah salah. Setelah mencoba ketiga beasiswa tersebut di atas pada tahun 2017 dan gagal di tahapan yang berbeda. Saya bahkan gagal di tahap administrasi untuk beasiswa Chevening. Ya, ternyata mencari beasiswa tidak semudah mencari kerja. Kalau nyari kerja, hari ini ga dapat, besok bisa apply ke perusahaan lainnya. Sedangkan untuk pendaftaran beasiswa, anda harus menunggu satu tahun lamanya kalau anda gagal di ketiganya. Satu tahun! Kalau nyari kerja biasanya waktu tunggunya adalah bulan, maka waktu tunggu untuk beasiswa bisa bertahun-tahun. Duh! Betapa sulitnya menjaga semangat itu tetap menyala sejak tahun 2016..
Oh iya, selain gagal dalam mengejar beasiswa.. kegagalan itu juga terjadi pada pendaftaran universitas-nya juga.. Gagal 100% dalam mendapatkan surat penerimaan (letter of acceptance) dari kampus idaman. Total sudah 4 (empat) kampus yang didaftar dan gagal semuanya =D
Sedih? Banget. Sempat berfikir untuk menghapus impian tersebut..
Saya belajar bahwa banyak hal yang diminta oleh pemberi beasiswa, tidak hanya dari sisi kompetensi teknis namun juga non-teknis lainnya. Yang bisa jadi saya ga punya hal tersebut, namun teman-teman saya miliki. Selain itu, ternyata tidak mudah untuk mencari beasiswa dan melanjutkan pendidikan sembari bekerja. I learned it the hard way. Salut untuk teman-teman yang berhasil memperoleh beasiswa sembari berjuang bekerja meniti karir. Ga mudah membagi waktu untuk bekerja, keluarga, olahraga, dan mengejar impian.. Sungguh memenuhi aspek yang diperlukan sesuai permintaan pemberi beasiswa sangat memakan waktu.. Respect dan hormat bagi semua yang berhasil dengan gigih memperjuangkan impiannya.
Perjalanan ini mempertemukan saya dengan banyak orang dengan impian yang sama. Semangat saya hidup kembali melihat kegigihan mereka. Beberapa diantaranya sudah mencari beasiswa bertahun-tahun dan belum menyerah. Gagal berkali-kali dan tetap semangat. Kalau mereka tetap semangat, kenapa saya enggak? Masih banyak hal yang dapat saya tingkatkan dan saya perbaiki sampai nantinya dianggap pantas menerima rezeki dan mandat dari pemberi beasiswa.
Sebenarnya, kantor saya memberikan fasilitas untuk diperebutkan bagi karyawan yang ingin dibiayai melanjutkan pendidikan. Tapi untuk saat ini, saya ingin mencoba meneruskan jalan ini sampai saatnya tiba.
Semangat bagi yang sedang mencari beasiswa atau sedang memulai persiapan melanjutkan pendidikan.
Sukses selalu untuk kita semua!
[…] pendiri WhatsApp ditolak saat melamar kerja di Facebook, gagal dalam memimpin di lingkungan kerja, kesulitan dalam melanjutkan sekolah S2 di luar negeri, dan mencari […]