Pada tanggal 3 Desember 2015 yang lalu, Kantor turut serta dalam perayaan Hari Disabilitas Internasional (HDI). Yak. Keikutsertaan kantor pada acara tersebut adalah adanya semangat bahwa para disable (penyandang cacat) juga harus turut dilayani dan diberikan layanan keuangan yang setara dengan manusia seutuhnya.
Jadi, baik yang tuna netra, tuna daksa, ataupun keterbatasan lainnya, harusnya juga tetap dapat menerima layanan keuangan dalam bentuk yang sama dan setara dengan manusia lainnya. Tidak boleh ada tuna netra yang ditolak pada saat pembukaan rekening tabungan, investasi, pembelian rumah KPR dan lainnya.
Back to topic, acara peringatan HDI 2015 di Surabaya, bertempat di Gedung Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BK3S) yang berada di Jalan Tenggilis Mejoyo. Acara diadakan oleh Kantor dimana tempat saya bekerja, BPR Jatim, BK3S, dan beberapa instansi lainnya. Acaranya mulai dari pagi sampai dengan sore, dimulai dengan jalan sehat, sosialisasi, edukasi, dan banyak lagi lainnya hingga berakhir pada sore hari.
Saya rasa banyak para disable yang hadir dari berbagai komunitas, bahkan pemotor yang disable pun turut hadir dalam kegiatan tersebut.
Saya tidak akan berbicara panjang lebar mengenai kegiatan tersebut., mungkin ada 3 (tiga) hal dari acara tersebut yang sampai dengan saat ini masih terngiang dan terbayang di benak saya.
Disabilitas sangat-sangat memerlukan perhatian lebih dari sektor swasta
Dengan melihat dan mengalami acara yang dikoordinasikan oleh pemerintah dalam hal ini BK3S, dapat saya sampaikan bahwa pengelolaan acara yang kemarin masih jauh dari rating baik. Yah mungkin 6 out of 10. Kalau mengurus acara seperti ini dengan dana yang mencukupi aja masih jauh dari harapan, bagaimana dengan pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan BK3S sehari-hari bagi para disable.
Yayaya, saya tidak akan menyalahkan orang ataupun pemerintah. Yang pasti, saya merasa bahwa masih banyak yang perlu dilakukan bagi para disable. Sangat-sangat banyak. Utamanya mengenai kesetaraan dalam berbagai hal. Saya yakin bahwa bisa saja ada disable dengan kemampuan menulis yang handal diantara semua mereka yang hadir, sayang saja mereka tidak memiliki kesempatan atau media untuk menunjukkan potensi dan kemampuannya.
Saya berharap bahwa akan semakin banyak orang-orang di luar pemerintah (sektor swasta) yang menaruh concern bagi mereka. Banyak-banyak sekali yang mereka butuhkan.
Teknologi sangat membantu disable untuk berkomunikasi satu dengan lainnya
Saya yakni bahwa semua teman atau rekan saya yang membaca post ini memiliki smartphone. Ya, mungkin saya yang udik atau kuper, tapi pada hari itu saya tertegun melihat seorang anak laki-laki menggerakkan tangan kanannya, seperti sedang menggunakan bahasa isyarat, sedangkan tangan kanannya menggengam handphone dengan layar menghadap ke arahnya. Ternyata, anak laki-laki itu adalah seorang yang tuna wicara. Anak laki-laki itu sedang menggunakan smartphone untuk berkomunikasi dengan temannya di ujung sana melalui video call dengan smartphone-nya.
Saya terharu melihat momen itu. Mungkin kalau dulu, entah bagaimana caranya dua orang tuna wicara, yang saling jatuh cinta, mengungkapkan perasaan rindunya. Berkirim surat dengan huruf braille, mungkin? susah amat broooo.. Hehe..
Entah kenapa juga saya terharu, yang pasti saya membayangkan bahwa saat ini banyak yang bisa dilakukan oleh orang-orang tuna wicara dengan bantuan teknologi. Berkomunikasi dengan sesama tuna wicara dengan menggunakan video call mungkin adalah salah satu-nya saja. Terima kasih atas teknologi yang mampu membuat semua hal tersebut terjadi.
Saya juga yakin bahwa banyak hal yang dapat dilakukan oleh teknologi guna membantu para disable tersebut.
Dan yang terakhir adalah, Anak Saya. Ya, I’ve been humbled by my daughter at that event.
Jadi ceritanya, saya mengikuti acara tersebut bersama keluarga, tentunya tidak lupa mengajak anak saya tercinta yang saat ini telah berusia 15 (lima belas) bulan. Jadi ceritanya, pada saat mengikuti acara ini, saya yakin anak ini sedang sehat dan tidak dalam gangguan jiwa #uopoto.
Karena rangkaian acara ini salah satunya adalah jalan pagi, saya pun membawa stroller agar memudahkan untuk mengajak anak saya ikut serta jalan pagi. Eh jangan salah, kami dulu pernah masuk Halaman Depan Pos Kupang dengan judul “Bayi Aira Ikut Tribun Jalan Asik”. Yah, wartawannya mungkin tertarik dengan keluguan anaknya haha..
Kalau dulu saya senang karena bisa masuk koran. Untuk kali ini saya kagum dengan rasa empati dan rasa kasihan dari seorang batita yang masih berusia 14 bulan 20 hari pada saat acara tersebt.
Jadi ceritanya, saya mendorong anak saya yang duduk di stroller untuk mengikuti kegiatan jalan sehat. Kebetulan juga. karena acara ini memang untuk para disable, jadi pada saat itu Aira (nama kesayangannya) dikelilingi oleh para disable. Pada awalnya sih dia tenang-tenang saja dan bertingkah sebagaimana biasa. Entah kenapa, setelah sekitar 500 meter dan di tengah-tengah enaknya berjalan dengan menggunakan stroller dia memegang bagian depan stroller sambil menunduk sekitar lebih dari 15 detik.
Saya pun bertanya kepadanya sambil bercanda: “Nak, kenapa? kok kayak mau berdoa”. Tapi sayangnya dia tidak menjawab. Karena kepalanya yang tertunduk menghadap bawah, saya pun jongkok di sampingnya. Disinilah saya tercengang, entah kenapa kok tiba-tiba dia menangis sambil tertunduk. Tak biasanya. Saya pun menggendong Aira dan menjauh dari keramaian agar dia bisa sedikit lebih tentang.
Setelah tangisannya berhenti, kami pun kembali menempatkannya di Stroller dan setelah menempuh jarak yang kurang lebih sama dibandingkan sebelumnya, dia kembali menunjukkan pose yang sama persis yakni menunduk, memegang bagian depan Stroller dan menangis. Entah kenapa, saya menafsirkan bahwa dia merasa kasihan dengan orang-orang di sebelahnya yang sudah besar tapi harus didorong seperti dirinya yang ada di Stroller. Saya sendiri tidak tahu apakah yang saya tafsirkan dari kelakuan Aira itu tepat, tapi saya punya keyakinan lebih dari 90% bahwa itu adalah benar. Ya, I’ve been humbled by 14 months old baby.
Nak, nak, semoga kamu tumbuh menjadi wanita yang baik sebagaimana nama yang disematkan padamu oleh Orang tuamu ini.
Yah, mungkin itulah 3 (tiga) hal yang membekas di perasaan saya.
Acara-acara seperti ini merupakan ajang untuk belajar empati dan menajamkan kepekaan serta kepedulian kita terhadap sesama. At least, selalu ada yang dapat kita pelajari setiap kita mengikuti acara-acara seperti ini.
Banyak-banyak bersyukur bahwa kita terlahir sehat dan sempurna, lebih-lebih karena kita memiliki keturunan yang juga sehat dan sempurna.
Sekian dari saya.
&*^$#
(Salam bahasa isyarat =P)