EF, IALF dan Harvard Business School. Nama-nama besar sekolah, tempat belajar dan bimbingan belajar yang terkenal di seantero negeri.

Kenapa sih kok mereka bisa begitu bagus?

Saya akan menjelaskan teori dari diri saya sendiri mengenai mengapa hal tersebut dapat terjadi.

Dulu, saya pernah les bahasa inggris di EF dan LIA. Itulah sebabnya saya dapat menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara kedua tempat kursus tersebut.

Dulu saya les di EF sampai dengan level 14 (11 level, saya mulai dari level 4). Kalau di LIA saya hanya les sampai dengan level 8 (1 level, saya mulai dari level 8).

Mengingat bahwa saya terbiasa dengan metode belajar di EF. Mulai dari awal masuk LIA saya langsung mencari perbedaan antara EF dengan LIA.

Kesimpulan saya adalah secara umum untuk metode pengajaran, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara keduanya. Both of them are very good. Yang membedakan antara keduanya adalah murid-murid yang kursus.

Namun demikian, setelah sebulan setelah saya kursus di LIA saya menyadari bahwa secara rata-rata terdapat perbedaan kualitas murid di LIA dibandingkan dengan EF. Tapi perbedaan yang mendasar adalah tingginya gap pengetahuan untuk murid-murid pada satu kelas dengan level yang sama.

Dan hal tersebut terjadi tidak hanya di tempat les saya tetapi juga tempat belajar secara umum, baik itu kuliah, sekolah dan lainnya.

Perbedaan gap pengetahuan tersebut sangat signifikan pengaruhnya. Jika perbedaan gap tersebut efeknya adalah negatif dimana kelompok murid yang berada di bawah rata-rata minimun class requirements jauh lebih banyak dibandingkan dengan kelompok murid yang berada pada titik minimum atau lebih tinggi terhadap class requirements maka dapat kemungkinan besar pengetahuan murid pada kelas tersebut tidak akan berkembang dengan baik.

Hal ini dapat disebabkan oleh banyak hal, beberapa diantaranya adalah:

1. Rendahnya tingkat kompetisi pada kelas tersebut; dan

2. Pengajar kelas harus menyesuaikan dengan kemampuan kelas (mayoritas) sehingga tidak memberikan materi-materi yang lebih advanced.

Ilustrasi perbedaan dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Unggulan

*jumlah murid adalah 20 (dua) puluh orang

Inilah rupanya pembeda utama antara belajar di tempat unggulan yakni tingkat kompetisi dan tingkat pengajaran.

Pada tempat unggulan, mengingat bahwa mayoritas berada pada minimal titik class requirement maka semua orang akan berlomba-lomba untuk menunjukkan yang terbaik. Selanjutnya, atas kompetisi tersebut, pengajar pun harus mengikuti kemampuan kelas dengan mengajarkan hal-hal yang baru dan berada diatas materi minimal yang harus diajarkan pada sebuah kelas. Demikian sebaliknya untuk non unggulan.

Tempat belajar unggulan akan semakin maju dan maju mengingat pada umumnya orang tua memandang bahwa jika anaknya dapat belajar pada tempat unggulan maka pengetahuan anaknya akan semakin berkembang dengan baik dan akhirnya semua orang berlomba lomba masuk ke tempat tersebut. Dan yang non unggulan? mendapat β€œsisa” dari yang tidak beruntung untuk memperoleh kursi pada tempat unggulan tersebut.

Lalu, pertanyaannya adalah, bagaimana caranya untuk tempat belajar non unggulan dapat maju dan pada akhirnya menjadi bahkan sampai mengalahkan yang unggulan?

Cukup sulit memang, tapi menurut saya. yang dapat dilakukan adalah dengan cara memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuan. Jadi tugas yang diberikan tidak perlu sama dan seragam untuk seluruh murid, namun menyesuaikan dengan kemampuan individu.

Kalau tidak pengen terlihat secara eksplisit, buat kelompok dalam mengerjakan tugas, bagi murid-murid dengan menyesuaikan pada tingkat kemampuan dengan tetap mengikutsertakan murid dengan kemampuan diatas rata-rata atau dengan kata lain, gunakan komposisi yang tepat untuk masing-masing kelompok. Misalnya untuk soal yang sulit atau diatas rata-rata, buat kelompok terdiri dari 6 orang,Β  4 orang dengan kemampuan diatas rata-rata dan 2 orang dengan kemampuan dibawah rata-rata. Demikian sebaliknya.

Itulah perbedaan tempat belajar unggulan dengan non unggulan, menurut saya.

Bagaimana menurut anda? =)

twitter: @hendriyono

Advertisement