Wacana untuk penghapusan premium oleh Tim Pemberantasan Mafia Migas cukup menggugah hati saya yang saat ini masih tinggal di Indonesia bagian Timur. Wacana penghapusan premium tersebut pada intinya adalah meniadakan Premium (Oktan 88) bersubsidi dan menggantinya dengan Pertamax bersubsidi.
Menurut Tim, manfaat dihapuskannya Premium tersebut adalah untuk memberantas penyelundupan bahan bakar bersubsidi jenis tersebut. Saya merasa perlu untuk menyampaikan tulisan ini mengingat adanya disparitas harga yang cukup tinggi antara Pertamax di Pulau Jawa dibandingkan dengan Pertamax di luar Pulau Jawa. Saya yang untuk sementara ini tinggal di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara sangat merasakan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengisi bahan bakar kendaraan akibat tingginya harga Pertamax yang mencapai sebesar Rp12.450. Bandingkan dengan harga Pertamax di Pulau Jawa yang cuman sekitar Rp10.000-an.
Bayangkan kalau di tengah-tengah kemiskinan yang ada di Indonesia bagian Timur, mereka masih diharuskan lagi untuk menanggung beban harga BBM dari sebelumnya Rp8.500/literr (Premium bersubsidi) menjadi sekitar Rp11.450/liter (pertamax bersubsidi Rp1.000/liter, nantinya: sumber baca di sini). Dengan tingginya inflasi di Indonesia bagian Timur yang umumnya selalu di atas nasional, apalagi dengan kenaikan harga BBM tersebut sekitar Rp2.950 (dari Rp8.500 ke Rp11.450) bisa dibayangkan betapa menderitanya rekan-rekan kita di Indonesia Timur yang juga merupakan masyarakat Indonesia yang perlu kita perhatikan. Udah miskin, disuruh makin miskin lagi. Ya kalau di Pulau jawa sih harganya ga terlalu jauh berbeda.
Program konversi BBM Premium menjadi Pertamax itu pun saya yakin akan menimbulkan beberapa masalah, bukan hanya dari masalah Kilang-nya, tapi utamanya dari masalah Disparitas Harga Pertamax yang akan terjadi. Jadi masalah utamanya no-1 adalah Harga, yang no-2 adalah Ketersediaan. Saya masih ingat sekali bahwa program konversi minyak tanah ke gas yang sudah dimulai sejak tahun 2007, sampai dengan detik ini pun belum menyentuh tanah Maluku, NTT, dan Papua. Kalau toh nantinya konversi Premium ke Pertamax tersebut terjadi, saya hanya berharap Pemerintah punya solusi yang jitu dan implementatif untuk mengatasi dua hal tersebut. Ya itulah susahnya di Indonesia, semua pembangunan berkiblat ke Pulau Jawa – Pulau dengan penduduk terpadat di Indonesia. Alasannya menurut saya mudah saja, merebut hati masyarakat dalam jumlah banyak dengan cepat dan mudah.
Bahwa Indonesia itu juga terdiri dari kepulauan lainnya yakni Sulawesi, Maluku, Papua, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Bali. Inilah yang terjadi di Indonesia selama ini. Selama Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih hanya didasarkan pada jumlah suara dan tidak didasarkan pada jumlah provinsi yang harus dimenangkan, maka saya yakin bahwa Pembangunan Negara Indonesia hanya akan terfokus di Jawa dan Sumatera atau dapat kita sebut dengan pembangunan berbasis Jumlah Penduduk. Urun Pendapat Atas Keputusan MK Pilpres Satu Putaran.
Btw, saya mau sedikit membela dan memuji Bapak Bambang Brodjonegoro, Menteri Keuangan, yang menyatakan bahwa penghapusan Premium belum bisa dilaksanakan tahun depan. Btw, Bapak Bambang ini kemarin di cemooh banyak netizen, di Facebook, Twitter dan Kaskus, atas statement-nya yang menyatakan bahwa Premium masih disubsidi Rp1.500/liter. Alasan dari para Netizen tersebut adalah: Harga Pertamax di Jakarta Rp9.950/liter, harga Premium Rp8.500/liter, kalau disubsidi Rp1.500/liter kan berarti harga Premium adalah Rp10.000/liter, yang notabene lebih mahal dibandingkan Pertamax. Yaa elah Broooo, itu lah. Mereka yang mengatakan seperti itu perlu diuji ulang pengetahuan dan wawasan Nusantaranya. Mereka lupa bahwa ada komponen biaya distribusi yang turut serta dalam harga bahan bakar tersebut. Otomatis kalau di Jawa ya murah sekali biaya distribusinya, coba anda kirim 1 liter premium ke NTT. Kalau pertamax saja selisihnya Rp2.500 dibandingkan pulau Jawa, ya kira-kira sama lah, jadi premium di NTT kira-kira harga sebenarnya adalah Rp11.000/liter. Jadi, masih mau meragukan kredibilitasnya pak Menteri Keuangan kita? Saya dibelakangmu pak. Tuhan bersama orang-orang yang benar, meskipun di dunia dia dicemooh sekitarnya.
Demikian posting saya. Sori kalau banyak-bannyak sok tahu di hal yang bukan bidangnya. Saya hanya ingin menyampaikan suara minor dari Ujung Selatan Indonesia.
Selamat menggunakan Pertamax!