Saya ingin sharing tentang sebuah cerita dari seorang Ibu, sangat cantik (haha), berumur 28 tahun, lulusan dari New York University (NYU), yang saya wawancarai tadi pagi. Sebut saja namanya dengan Ibu H.

Ibu H tersebut bercerita tentang pengalaman menarik yang dialaminya. Pengalaman tersebut pada intinya adalah pelajaran atas memberi kepada orang lain.

Langsung saja ya dimulai ceritanya.. Hahah =P

—–

2 Tahun yang lalu, Ibu H tersebut bermaksud untuk membantu kualitas pendidikan di pedalaman kota Kupang mengingat bahwa tingkat pendidikan di kota Kupang yang sangat rendah (ya iyalah kalau dibandingkan sama NYU.. kakakaa). Akhirnya dia memutuskan untuk dapat memberikan sepatu untuk anak-anak SD di daerah Tarus. Ibu H beserta rombongan, termasuk 1 orang bule dari Eropa yang merupakan teman dari Ibu H dan sedang berlibur ke Kupang, mencari kepala desa Tarus untuk dapat mengetahui dimana SD terdekat dari daerah tersebut. Daerah tersebut cukup pedalaman, tidak ada kendaraan dan anak2 berjalan kaki cukup jauh ke SD tersebut.

sekolah

Begitu setibanya di SD tersebut ternyata rombongan tersebut kaget karena sekolah SDnya cukup bagus, baju yang dipakai anak2 SD tersebut pun relatif dan mereka sudah punya sepatu yang masih layak untuk dipakai. Selidik punya selidik ternyata sekolah tersebut mendapatkan bantuan dari pemerintah (yah, mungkin semacam Bantuan Operasional Sekolah dan lainnya). Kemudian, Ibu H itu mendengar perintah dari salah satu guru dari murid yang menyuruh mereka untuk menyembunyikan sepatu mereka kedalam tas. Ibu H dan rombongannya tersebut cukup kecewa melihat kondisi tersebut namun apa mau dikata, sudah niat memberikan sepatu untuk anak-anak tersebut.

Dalam pembagian sepatu tersebut, di pinggir pintu terdapat 1 orang murid SD, perempuan, yang belum diberikan jatah sepatu tersebut. Padahal murid tersebut menggunakan sandal jepit yang sudah hampir putus. Dari bajunya yang sudah lusuh dan rambutnya yang tidak rapi seperti belum mandi dan wajahnya yang memelas pasti membuat semua orang iba,

Akhirnya, satu orang dari kelompok Ibu H tersebut menyampaikan bahwa, lebih baik kamu membantu anak ini, daripada kamu memberika sepatu banyak-banyak kepada anak-anak SD disini yang ternyata tidak begitu bermanfaat, lebih baik kamu membantu anak ini yang sudah jelas-jelas sangat membutuhkan bantuan.

Sepulang dari sana, orang Eropa yang ikut rombongan tersebut sangat berapi-api untuk dapat memberikan bantuan. Dia sangat trenyuh melihat kehidupan di kota Kupang yang sangat-sangat membutuhkan bantuan. Jauh jika dibandingkan masyarakat pedesaan di Eropa (ya iyalah.. kakaka).

Akhirnya, bule Eropa tersebut pun menitipkan uang sebesar 400 Euro (kalau dikurskan pada tahun tersebut bisa mencapai sekitar Rp6 juta). Uang tersebut dimaksudkan untuk dapat membeli barang-barang yang dapat diberikan untuk menunjang pendidikan anak tersebut.

Ibu H tersebut pun berangkat kembali ke Desa tersebut dan menanyakan informasi terkait dengan rumah dari anak SD yang malang itu. Sesampainya dia di rumah itu, ternyata memang anak tersebut sangat membutuhkan bantuan. Begitu ditanyakan kepada Ibu tersebut, ternyata fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK) mereka sangat tidak layak, utamanya disebabkan saluran air yang tidak bagus.

(Tragis sekali, padahal saya  tahu kalau desa Tarus tersebut lokasinya tidak sampai 10 kilometer dari BENDUNGAN AIR Tilong. Ternyata memang proyek Aqua itu sangat sangat bermanfaat)

Ibu tersebut pun kemudian membelikan sejumlah barang untuk membantu kehidupan mereka. Ibu tersebut membelikan lemari, kasur, sepeda, dan peralatan lainnya yang sekiranya dibutuhkan oleh keluarga tersebut. Kemudian, diantarlah barnag-barang tersebut ke rumah keluarga tersebut.

Sesampainya di sana, spontan Ibu H tersebut menanyakan bahwa hal apa lagi yang dibutuhkan oleh keluarga tersebut. Ibu dari anak kecil tersebut mengatakan bahwa mereka sangat membutuhkan listrik. Di rumah itu memang tidak ada listrik. Ibu yang cantik (aih.. kakaka) tersebut kemudian menyampaikan bahwa, wah tidak mungkin karena jarak gardu terdekat dari rumah tersebut cukup jauh, lebih dari 200 meter dan akan membutuhkan biaya yang sangat mahal untuk membeli kabel besar dan menyalurkan listrik ke rumah tersebut. Ibu dari anak kecil itu pun mengatakan bahwa disini kami sangat butuh listrik karena ingin menonton Televisi dan meng-charge HP (biasanya dilakukan di rumah tetangga yang cukup jauh).

(Lah, ini orangggg.. jelas-jelas itu bukan kebutuhan utama mereka, kok malah digunakan untuk hal-hal yang lebih bersifat hiburan)

Mungkin tersadar bahwa dia sudah salah memberikan alasan, akhirnya Ibu anak kecil tersebut menyampaikan bahwa kebutuhan listrik itu adalah untuk fasilitas anaknya belajar kalau waktu malam. Tidak percaya begitu saja atas ucapan ibu tersebut, Ibu H pun menanyakan mana buku-buku yang sering dipelajari anaknya di waktu malam. Ibu tersebut langsung kikuk dan tidak dapat menunjukkan buku-buku catatan anaknya.

Akhirnya, Ibu H itu pun tidak bisa memenuhi keinginan dari keluarga tersebut untuk dapat menyalurkan listrik. Akhirnya bulan pun berlalu, Ibu H tersebut memang sudah tidak menyalurkan bantuan lagi, tapi tetap berkomunikasi dengan Ibu dari si anak kecil tersebut.

Akhirnya tibalah hari kenaikan kelas dari anak kecil tersebut. Mendengar informasi tersebut, Ibu H berinisiatif untuk dapat memberikan bantuan kepada anak kecil itu, mengingat kan untuk kenaikan kelas anak-anak SD biasanya membutuhkan baju baru, tas baru, buku baru dan hal-hal lainnya. Siang hari, sekitar jam 2, Ibu H berangkat ke rumah dari anak tersebut dan mendapati bahwa kedua orang tua anak tersebut sedang tidak dirumah dan dibawalah anak itu bersama kakaknya untuk berbelanja di Ramayana Kupang.

Senang sekali memang kedua anak itu sewaktu diajak berbelanja di Ramayana, mereka juga menyampaikan bahwa itu adalah pertama kali mereka berangkat ke kota Kupang. Di tengah-tengah berbelanja, bapak dari anak tersebut menanyakan dimanakah posisi Ibu H dan anak-anaknya. Setelah berbalas sms cukup banyak, akhirnya bapak dari anak-anak tersebut menyatakan bahwa ya sudah tidak apa anak-anaknya dibawa, tapi kalau nanti mengantar ke rumah, jangan lupa untuk membawa satu karung beras 25 kg.

(WTF?? orang ini sudah dibantu kok ya masih ajaa..)

Akhirnya, diantarlah anak-anak itu pulang ke rumahnya dengan seluruh belanjaannya ditambah dengan satu karung beras 25 kg (Hahahah).

Ditengah perjalanan, Ibu H menanyakan pada anak tersebut perihal rangkingnya di sekolah. Hal itu pun ditertawakan oleh kakaknya,, “Hahaha.. boro-boro rangking, dia itu tidak naik kelas “ Begitu ucap kakak dari anak kecil tersebut..

Ibu H itu pun terkaget, loh ini anak kan katanya rajin belajar.. timbullah rasa kecewa dari Ibu H.

Sesampainya di rumah dari anak tersebut, Ibu H melihat kondisi sepeda yang sudah tidak terawat, bannya kempes, dan berdebu. Sungguh sebuah pemberian yang disia-siakan.

Sesampainya di rumah, Ibu H pun berkonsultasi dengan kerabat dan orang tuanya. Banyak komentara dari kerabatnya seperti:

– Memang percuma kamu membantu orang-orang tersebut, tidak semua orang bisa dibantu seperti itu.

-Begitulah mental orang-orang miskin di sini, mereka tidak berfikir bagaimana memanfaatkan pemberian tersebut dengan baik malah berfikir bagaimana mendapatkaan pemberian-pemberian lainnya

dan masih banyak pendapat lainnya. Intinya, mental orang-orang miskin di pedalaman daerah ini memang tidak terbangun dengan baik. Keinginan mereka untuk dapat komptitif dan setara dengan orang-orang di sekitar itu sangat-sangat rendah.

—–

Begitulah cerita dari Ibu H tersebut.

Itu juga saya rasakan selama saya berada di sini. Pikiran saya yang saat itu terbebani oleh pikiran-pikiran lain yang saya alami pun terpaksa harus ketambahan beban untuk pikiran lainnya…

Kalau memang cara membantu seperti itu juga tidak bisa dengan mudah membantu orang miskin untuk dapat maju. Lalu dengan cara apa lagi? Apa dengan membuka lapangan pekerjaan? Dana bergulir?

Saya tidak bisa menjawabnya. Kalau memberi kepada orang itu memang ada caranya? Bagaimana cara memberi yang baik??

Haha, susah memang.. Yah, semoga saya punya pengalaman lain yang dapat saya raih sehingga suatu saat nanti saya bisa memberi kepada orang lain dengan cara yang pas..

Selamat memberi! =)

Advertisement