Menyambung posting saya sebelumnya tentang belajar yang salah satunya terkait dengan Financial Market. Disebutkan bahwa, Yale University, sejak tahun 2000-an, mengelola (menginvestasikan) keuangan-nya dengan menggunakan manajer investasi yang tidak lain adalah mantan alumninya sendiri. Investasi dari Yale sangat sukses dengan rataan pertumbuhan investasinya mencapai hampir 20% per tahunnya.
Saya jadi teringat tentang pengelolaan keuangan di Perguruan Tinggi (PT), khususnya PT Negeri. Misalnya di ITS, uang hasil SPP, hibah, proyek keilmuan dan pendapatan lainnya hanya diinvestasikan dalam bentuk deposito yang returnnya relatif rendah, kalau tidak salah hanya 6% per tahunnya. Dan itupun tidak semua pendapatan yang ada diinvestasikan.
Jauh sekali kalau dibandingkan dengan investasi yang dilakukan oleh Yale. Saya yakin sebenarnya PTN kita sangat berlebih dalam sumber daya dan secara teknis seharusnya sudah mampu berfikir terkait dengan investasi mengingat besarnya jumlah dana yang dikelola oleh PTN tersebut. Kalau dimisalkan jumlah seluruh mahasiswa di suatu PTN ada 25.000 dan setiap semester membayar SPP sebesar minimal Rp 1jt, setidaknya ada pendapatan sebesar Rp 25M tiap semesternya.
Dengan estimasi pendapatan minimum sebesar itu, seharusnya PTN mampu memilih alternatif-alternatif lain diluar deposito untuk berinvestasi.
Kembali ke pertanyaan dasar, kenapa sih kira-kira PTN itu memilih untuk investasi di deposito? Menurut saya ya jawabannya tidak lain adalah karena kemudahan, risiko yang rendah, dan (MUNGKIN) ada ‘kerjasama’ antara pelaku investasi dalam PTN tersebut dengan bank.
Kalau dalam investasi, biasanya kita mengenal 3 tujuan yaitu: tujuan likuiditas, keuntungan, dan keamanan (risiko rendah). Kalau toh ada yang berpendapat secara khittoh-nya PTN itu tidak diciptakan untuk mencari keuntungan, kenapa tidak diinvestasikan saja ke Surat Utang Negara (SUN) yang notabene dapat mencakup 3 tujuan tersebut dan sangat menarik investor asing? atau kalau memang keuangan kampus itu dikelola secara profesional dengan tujuan keuntungan, kenapa tidak dimainkan di pasar modal? Harusnya, PTN, yang notabene dipenuhi oleh orang-orang dengan kemampuan teknis yang superior, dapat memperoleh return yang optimal dari pasar saham! atau mungkin they couldn’t do what they teach?
Atau yang lebih membanggakan lagi, dapat dicontoh, adalah UGM dengan membangun Bank sendiri (Bank Perkreditan Rakyat Duta Gama) atau berinvestasi di sektor riil?
Seharusnya banyak yang PTN dapat lakukan untuk memanage keuangan mereka. Pastinya lebih banyak dari yang ada di tulisan ini.
Vivat! Untuk keuangan PTN yang mandiri!!