Setelah tertarik dengan menghitung dan memastikan informasi atas produk reksadana sebagaimana saya tulis pada posting sebelumnya, saya jadi tertarik untuk mengulas beberapa hal mengenai karakteristik return dari reksadana.

Sekedar informasi bagi pembaca: Reksadana adalah suatu produk pasar modal. Produk reksadana adalah suatu bentuk penempatan dana oleh investor (masyarakat) kepada manajer investasi untuk dikelola sesuai dengan jenis penempatan yang disepakati, misalnya: saham, obligasi, dan produk lainnya. Penempatan dana oleh manajer investasi dibatasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Harga reksadana berfluktuasi tiap harinya, mengikuti jenis dari penempatan masing-masing produknya. Informasi lebih rinci dapat dilihat di: wikipedia reksadana.

Umumnya, kalau melihat brosur atau informasi mengenai produk reksadana yang dikelola oleh manajer investasi, kita akan disuguhkan informasi mengenai kinerja atau past performance dari reksadana tersebut. Beberapa sekuritas dan manajer investasi umumnya akan menginformasikan kinerja mereka selama 1 tahun s/d 3 tahun terakhir. Dari web infovesta.com, saya mencoba mengambil 5 produk reksadana berjenis saham dengan rating ***** s/d ****-. Produk reksadana yang saya ambil sebagai sampel adalah sebagai berikut:

rating reksadana infovesta

Informasi return tersebut di atas adalah return reksadana terhitung dari 1 Januari 2011 s/d 1 Juni 2016.

Banyak teman dan rekan saya yang beranggapan bahwa reksadana yang baik adalah reksadana dengan pertumbuhan growth unit yang tertinggi. Dalam hal contoh di atas, reksadana Pratama Saham adalah yang terbaik. Benarkah demikian?

Mari kita buktikan dengan melakukan simulasi atas pembelian reksadana yang paling sering dilakukan oleh masyarakat, yakni pembelian reksadana secara berkala setiap bulan dan membandingkan nilai akhir investasi atas produk-produk reksadana tersebut.

Kita dapat mendownload harga nilai aktiva bersih (NAB) harian dari produk-produk reksadana tersebut diatas, selama periode Januari 2011 s/d Juni 2015 dari sumber yang ada di internet. Data nilai aktiva bersih (NAB) tersebut telah saya gabungkan dan dapat anda download pada link sebagai berikut: nilai NAB. Simulasi yang saya lakukan adalah dengan melakukan pembelian setiap awal bulan (minggu pertama, tanggal random) dengan jumlah pembelian sebesar Rp500.000,00 setiap bulan selama 54 (lima puluh empat) bulan. Ilustrasi pembelian reksadana dengan produk Dana Pratama Ekuitas adalah sebagai berikut:

ilustrasi pembelian reksadana per bulan

Sedangkan hasil investasi atas produk reksadana yang saya sebutkan di atas adalah sebagai berikut:analisis reksadana

Menarik kan. Belum tentu hasil pertumbuhan NAB yang tinggi menghasilkan hasil investasi (IRR) yang tinggi. Dalam hal ini, return Si Dana Saham Optimal dengan pertumbuhan NAB sebesar 45,89% selama 54 bulan, ternyata hanya menghasilkan return 10,35% per tahun, sedangkan produk lainnya yakni OSK Nusadana dengan pertumbuhan NAB sebesar 40,96%, dapat menghasilkan return sebesar 13,93% per tahun. Kok bisa? iya, karena adanya fluktuasi harga pada saat kita melakukan pembelian produk reksadana tersebut. Kadang kita dapat di harga mahal, kadang dapat di harga murah.

Oleh karena itu, produk yang baik adalah bukanlah produk yang nilainya naik terus. Mari kita bandingkan 2 grafik sebagai berikut:

NAB dana pratama vs naik terus

Apabila kita melakukan pembelian secara bulanan, produk yang naik terus justru adalah produk yang tidak menguntungkan. Kecuali kalau kita hanya melakukan pembelian sebanyak 1 kali dalam jumlah besar pada Januari 2011.

Berikut adalah hasil ilustrasi kalau kita membeli produk Dana Pratama eksisting dibandingkan dengan Dana Pratama yang NAB-nya naik setiap harinya (alternatif):

alternatif hasil investasi

Tabel tersebut menunjukkan bahwa produk Dana Pratama ekuitas dengan fluktuasi harga menghasilkan nilai akhir investasi yang lebih baik.

Kembali ke topik sebelumnya, alternatif investasi tersebut di atas juga menunjukkan bahwa, tidak sebaiknya kita melakukan pemilihan kinerja reksadana dengan berdasarkan pada informasi hasil kelolaan reksadana semata. Utamanya karena hasil kelolaan tersebut adalah bersifat titik poin, tidak sepenuhnya sesuai dengan kegiatan investasi yang bersifat berkala.

Jadi, meskipun anda berinvestasi pada produk dengan pertumbuhan NAB yang rendah, belum tentu hasil investasi anda juga lebih rendah dibandingkan dengan rekan anda yang berinvestasi pada produk dengan pertumbuhan NAB tinggi.

So, dalam melakukan investasi dan membeli reksadana, perhatikan hal ini:

  1. Return NAB adalah bukan merupakan return investasi anda. Utamanya disebabkan karena kegiatan investasi kita yang cenderung berkala, sedangkan informasi nilai pertumbuhan NAB adalah informasi yang bersifat point.
  2. Fluktuasi harga adalah teman anda. Produk reksadana yang tidak berfluktuasi, alias selalu naik setiap saat, bukanlah investasi yang menguntungkan (lain halnya dengan rumah, tanah, dan lainnya). Kalau misalnya hari ini harga NAB berfluktuasi sangat tinggi, selalu ingat bahwa risiko investasi adalah tidak tercapainya tujuan investasi. Kalau memang fluktuasi harga NAB hari ini, mempengaruhi tujuan investasi anda, lakukan penyesuaian dalam pengelolaan investasi. Kalau tidak berpengaruh, umumnya karena tujuan investasi anda jangka panjang, tetap percaya diri dalam berinvestasi dan lupakan fluktuasi harga jangka pendek.

So, bagaimana memilih reksadana yang menguntungkan dengan mudah: tanpa bermaksud mengendorse infovesta.com, saya menyarankan rekan-rekan memilih produk reksadana dengan rating bintang yang tinggi. Saya yakin bahwa website tersebut memberikan rating dengan pertimbangan yang cukup matang. Tentunya, kalau anda ingin return yang lebih baik, perlu riset mandiri yang membutuhkan waktu =)

Demikian, bersambung pada part 3…

Selamat berinvestasi! =)